Selasa, 31 Mei 2011

UI : Green Campus or Waste-d Campus

Intro
saya ga tau berapa banyak dari kalian yang baca artikel dari yahoo tahun lalu yang menyatakan kampus UI kita tercinta ini memiliki ranking keberapa gitu didunia, sebagai kampus yang paling green sedunia. Jujur aja kalo saya sih tertawa membacanya, dan juga sebagai kampus yang diakui, karena saya tahu semenjak melihat kampus ini pertama kalinya dan menjalankan OKK (ospek kampus) yang sok sok greenpeace (sampai nametag kita berbentuk daun) semuanya hanya bombardir politik. semua orang tahu kalo kampus ini terletak didaerah depok yang sangat hijau (pada awalnya sebelum urbanisasi) dan tanah disini sudah dari dulu terkenal sangat subur (walaupun merah sama seperti tanah dijakarta). apalagi ditambah predikat depok sebagai kota petir dunia, tidak heran jika cuaca disini selalu hujan dan mendung dan yang terpenting kelembaban yang tinggi sehingga mempengaruhi kesuburan tanah. jadi "rumaor has it" katanya menanam apa saja ditanah ini bakal mudah dan hidup.

semua orang ketika melihat kampus ini pasti terpukau oleh suasana yang begitu hijau dan seperti dalam cerita alice dan wonderland, karena bertolak dengan suasana jakarta dan kota depok pada umumnya. kalaupun ironi belum cukup disana, ketika saya melihat perkampungan dipinggir kampus UI saya melihat suasana yang lebih miris lagi. di keluarahan-kelurahan kampung disana, begitu sempit dan tidak layak, karena semuanya padat dan hampir tidak ada pepohonan disana. semuanya disemen sehingga udaranya selalu panas dan ketika hujan lebat pun tidak jarang banjir. Konon orang-orang yang tinggal di perkampungan itu merupakan orang-orang betawi yang "diusir" dari pemukimannya dihutan yang kini bisa ditebak adalah UI sendiri.  (terlalu banyak baca kaskus!).

bisa dikatakan sewaktu anda dan orang tua anda juga ikut silau dengan gerakan green campus waktu melihat bis yang dipenuhi kata-kata murahan atau promosi spekun atau mungkin melihat OKK bahkan mendengar ceramah dari orang kampus tentang bagaimana kampus ini peduli lingkungan; saya sudah siap MENGGALI SOME DIRT!!! karena saya tahu selalu ada sesuatu yang gelap yang menarik dalam suatu institusi yang perlu diungkapkan ke publik. kemungkinan saya akan menambah series dari argumen-ergumen saya nantinya, setelah melakukan berberapa survey observasi lagi dan bahkan wawancare. Insting menjadi seorang Carrie Bradshaw ON

Insiden Sepeda Kuning

semester pertama saya berada dalam kampus ini saya memiliki dosen MPKT (matakuliah presentasi, penulisan dan teori) yang sangat aktifa dalam issue-issue dikampus. saya tidak ingat awal pembicaraannya mengenai speku (sepeda kuning), ya kemungkinan besar ingin mengungkapkan kebobrokan institusi bla bla dsb. saya pada mulanya menanggapi issue spekun seperti orang lain yang baru masuk kekampus ini, namun saya sih memiliiki pemikiran yang idealis, bahwa spekun itu memberi kita akses kemudahan transportasi dan rekreasi sekaligus sebagai salah satu fasilitas untuk mempromosikan kampus yang "ramah lingkungan". namun seharusnya saya tahu lebih baik, ketika melihat jadwal spekun hanya sampai hari jumat sehingga tidak mungkin untuk sarana rekreasi. dan fakta bahwa orang indonesia tidak bisa memelihara fasilitas umumnya sehingga harus dijaga oleh banyak orang. terakhir adalah yang saya seharusnya menyadari dari awal bahwa seramai apapun bus yang ditumpangi, orang orang selalu memilih bus. saya hanya merasa spekun itu laris, karena ketika saya menumpanginya sudah selalu habis padahal wajar lah itu sewaktu mahaisiwa baru berbondong-bondong ingin mencoba. selanjutnya apa yang dibahas oleh dosenku sebenarnya adalah mengenai jalur sepeda yang memakan banyak biaya. ya jelas bisa dilihat, jalur yang seperti trotoar yang kebesaran walaupun sebenarnya trotoar di pinggiran jalur UI saja kekurangan.

Dosen saya ber-sarkasme bahwa lebih baik bangun asrama itu setiap hari dibandingkan membuat jalur sepeda atau mengadakan sepeda kuning di kampus. karena berapa banyak orang sih yang bersepeda kekampus. Hmm itu benar. dan sepeda-sepeda itu kebanyakan menganggur. hmm itu benar. Wasteful! (ini saya buat sendiri). Hmm itu benar. belum lagi uang kami yang dibuang-buang untuk orang-orang yang membuang-buang waktunya untuk kerja menunggui post sepeda setiap hari. sering sekali saya melihat mereka ketiduran, dan kebosanan menunggui orang-orang yang ingin bersepeda, tapi oang-orang pada buru-buru kekampus sehingga mereka memilih bus atau ojek (karena jelas lebih cepat dan tidak melelahkan). lebih wastefulnya lagi karena hari sabtu minggu spekun ditutup padahal mungkin akan banyak orang yang menggunakannya untuk berolahraga atau berekreasi di hari libur sewaktu mahasiswa sempat bersepeda.
dosen saya juga sempat menyatakan sesuatu mengenai paradigma kampus kita, dimana orang-orang yang memiliki perekonomian bawah sering minder ketika melihat keadaan kampus ini yang begitu hijau dan mewah (padahal perlu banget jasa arsitek landscape yang bagus dan gedung-gedungnya yang homogen just plain ugly!). sehingga mungkin jika dibangun asrama lagi orang akan tidak takut memasuki kampus ini.

PEMBANGUNAN VS POHON

kemudian masalah pembangunan, saya tidak begitu tau masalahnya seperti apa dan saya memang tidak berhak mengkritisi jika itu memang dianggap perlu oleh institusi ya wajar. hanya saja kami pun merasa berberapa akibatnya yang tidak sesuai dengan aliran uang yang saya bayar (saya bayarnya full mmmph!). mulai dari gedung EC ( Engineering Center, gedung futuristik untuk kelas-kelas anak teknik di UI)yang walaupun sudah digunakan menjadi tempat syuting sinetron., semuanya sudah mulai terkelupas, dari cat hingga semen temboknya yang cukup menjijikan. overall saya pikir teknik sangat menjijikan mungkin karena arsiteknya atau maintainancenya, maksud saya walaupun gedung-gedung disetiap fakultas homogennya mengerikan (karena sama semua dan saya tahu karena a-certain-someone-that-i'm not-fond of), paling tidak fakultas lain seperti FE dan bahkan FIB tatananya jauh lebih rapi dan layak.

kembali ke EC dimana kebanyakan kelasnya yang digunakan oleh kelas internasional atau pertukaran pelajar, yang jumlahnya JELAS SEDIKIT! membuat EC seperti gedung hantu yang kebanyakan selalu sepi terkunci atau digunakan orang-orang yang bekerja disana maupun tukang-tukang untuk tidur siang atau bermain kartu. nyatanya kalo saya melihatnya dari mata awam, EC itu WASTE dan hanya bentuknya saja (yang futuristic) yang digunakan kembali lagi untuk politik dan cover meraih wibawa hahahaha. walaupun mungkin kebanyakan orang-orang dari universitas yang menyatakan " Oh Tidak...anda keliru ini dibangun, ini dibuat, karena ini ini ini alasan ini ini ini" ...hmm...sebenarnya yang terpenting bagi orang itu sangat jarang mengena kepada hal-hal  kontekstual namun yang langsung berakibat pada dirinya dalam jangka panjang. kenyataannya misalnya dalam karya arsitektur, orang-orang akan jarang peduli terhadap makna atau konteks yang berada dibelakanng konsep suatu gedung (karena jika diinformasikan sekalipun orang orang hanya akan bereaksi "ohh keren" tapi itu pun hanya sekali). sehingga lupakan saja jika kamu ingin orang mengerti tentang pembangunan yang dilakukan yang terpenting adalah effektivitasnya secara objektif dan dipermukaan.

pembangunan dimana-mana juga menjadikan kampus ini semakin kekurangan pohon. lihat saja disekeliling anda seperti gedung vokasi yang sedang dibangun, atau gedung yang berada di wilayah mipa. bahkan tempat parkir untuk orang tua wisudawan yang berada didekat FKM pun sebenarnya menyakiti lingkungan. dan tiba saatnya ketika ketika melihat master dari fatal-pembangunan yaitu gedung perpustakaan yang katanya akan menjadi terbesar di asia tenggara, dibangun diatas yang pada mulanya hutan pohon jati, konon memliki motif keirian terhadap perpustkaan ITB (ini baru rumor) dan sekarang sedang di pause karena berhutang milliaran..phiuh... oke pupus sudah harapan saya menikmati perpustakaan tersebut sebelum saya wisuda. sebenarnya saya sudah cukup kagum dan puas denga pembangunan UI seperti stadionnya yang tidak terlali besar tapi rapi cantik dan elegan. atao seperti jembatan, teksas, walaupun saya idak menyukai warnanya yang menyeramkan, namun simple dan banyak orang pasti menyeganinya. asrama dan wisma pun sangat effectif walaupun di tempat yang terpencil, namun sebenarnya indah sekali. perpustakaan ini yang sok gagah dan sangat menjulang...is no excuse OF WASTE!

Untungnya lagi ketika saya melihat salah satu kontestan sayembara untuk perpustakaan ini, saya merasa sangat sedih dan sayang karena desain belau jauh lebih effektif, sederhana dan indah daripada monster raksasa yang dibangun sekarang seolah-olah berasal dari mahluk bawah danau/ memang rupanya seperti batu besar dtengah-tengah pulau yang mengngatkan saya pada situs STONHENGE.

Nah belum lagi ketika saya melihat maket kampus masa depan yang akan memuat semua fakultas termasuk kedokteran dan kedokteran gigi dan bahkan sebuah rumah sakit yang mendukungnya...ALAMAK!!!! STOP!!! sudah jangan sakiti lagi hutan-hutan yang memberikan kalian oksigen di daerah urban berjutaan penduduk ini.

saya tahu rasanya hidup di hutan, ya karena saya pun hidup ditanah yang sempit, namun karena pemilik rumah saya sebelumnya menanam begitu banyak pohon, sehingga rumah saya seperti hutan belantara. dan sering ibu saya menyuruh orang untuk memotoh pohon disekitar rumah saya untuk mendapatkan cahaya matahari yang lebih banyak ataupun mengurangi jumlah serangga yang menjajah rumah kami. begitupun di UI ketika gedung-gedung kampus dibangun, deretan pohon sudah banyak ditebang untuk membuat lebih jelas keberadaan gedung-gedung dan juga agar mendapatkan cahaya matahari yang lebih baik. Namun sayangnya saya melihat semakin banyak pohon ditebang, terutama disekitar Kukusan teknik, sehingga kampung yang berada dibelakangnya cukup visibel untuk dilihat. belum lagi karena permintaan dan populasi yang kian memadat akan semakin banyak lagi yang akan ditebang. walau saya melihat sudah ada usaha seperti penanaman pohon kembali (sudah saya lihat diberberapa area) tapi coba pikir berapa lama  waktu yang dibutuhkan untuk tumbuh

Kerusakan lingkungan di UI sudah tak terhingga banyaknya, dan walaupun setiap tahun kita berusaha melepaskan hewan seperti burung dan ikan didanau. namun lihat saja disekitar anda yang tinggal di UI atau sering berekreasi disana. danaunya sudah mengalami Eutrofikasii/alga blooming, akibat kebanyakan nutrisi dan CO2 yang kemungkinan besar disebabkan oleh sampah atau bangkai, sehingga danau kita itu semuanya sangat-sangat bau karena proses dekomposisi. dan masih banyak lagi.

sebagai seorang mahasiswa yang akan tinggal disini saya sering membawa permasalahan ini ke permukaan, namun reaksi mereka kebanyakan adalah acuh-tak-acuh seperti banyak reaksi yang bisa diprediksi dari anak-anak urban. yang bereaksi hanya kebanyakan pada saat itu saja, dan saya pun tidak bisa berbuat banyak tentang hal itu. IRONISNYA GERAKAN GREENPEACE  DI KAMPUS ITU BANYAK SEKALI DAN SERING SEKALI, KENAPA HARUS MELAKUKAN CLIMATE CHANGE DIDUNIA (yang biasanya minta-minta uang) YANG DIKAMPUS SENDIRI AJA BELUM BERES?! belum lagi kelompok MAPALA dikampus kita kan cukup aktif, namun menyandang nama MAhasiswa PecintA Alam sebertinya tidak pantas, jika kebanyakan aktivitasnya adalah memanjat batu, rafting atau pergi ke air terjun, mungkin seharusnya mereka dipisah atau berubah saja menjadi (Mahasiswa Petualangan ALAM alias BOLANG). shame on u!

kemungkinan argumen saya dianggap orang masih terlalu dangkal atau belum tau apa-apa, but rest assure ini adalah apa yang dirasakan sekarang dan saya juga berpikiran mengenai masa depan, karena jika kita terus memberi alasan tentang apa yang dihadapan kita tidak mungkin bisa berubah menjadi yang lebih baik. dan sebaiknya kita meluangkan sesuatu di luar diri kita sendiri (pacar dan keluarga itu tidak masuk hitungan) untuk lebih kritis lagi dan mencari solusi permasalahan yang ada. Jika kita terus terlena oleh "kekurangan" (maunya sih bilang kebobrokan tapi biar lebih halus) birokrasi suatu institusi dan kita secara langsung atau tidak langsung menadi penerusnya, kita akan terus mengulang-ulang kesalahan yang sama dan sejarah yang ada. saya tahu tindakan seperti demo masih kurang efektif, karena suara kita belum didengar (ya karena belum jadi orang mau diapain lagi) tapi jangan salahkan mereka karena demo sekarang kebanyakan (maaf) lebih banyak suara dan kurang akal. jadi sebaiknya dijaman sekarang yang serba diplomatis, sebaiknya kita lebih banyak bergerask melalui intelektual. karena hanya dari sana lah suara kita bisa didengar dan dibuktikan (plus karena kita muda kita bisa lebih cepat menyerap ilmu dan beradaptasi dengan dinamika zaman) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar