Minggu, 15 Mei 2011

Arsitektur Interior UI : EVERYTHING...EVERYTHING....IS A MISTAKE


WARNING KONTEN INI BERISI BACAAN MENGENAI PENGALAMAN SAYA DAN TEMAN-TEMAN SAYA DI ARSITEKTUR INTERIOR UI. JIKA ANDA INGIN MASUK JURUSAN INI ITU SEPENUHNYA PILIHAN ANDA. INI HANYA GAMBARAN MENGENAI BERBERAPA ASPEK SAJA.
Ketika saya mendapatkan jawaban dari simak UI “selamat anda diterima di Universitas Indonesia” saya merasa sangat senang (bukan main). Siap tidak? Universitas Indonesia merupakan sala satu Universitas yang sangat termashyur di negeri dan kualitas mahasiswanya juga patut dipertimbangkan. Namun kegembiraan saya masih diberi pantangan, ketika saya melihat jurusannya ternyata itu bukan merupakan pilihan pertama saya. Yaitu Arsitektur Interior. Setelah di Survei dan browsing, ternyata itu merupakan jurusan baru yang ada di departemen arsitektur dibawah fakultas teknik. Aneh rasanya mengapa interior dibawah teknik, namun kami semua terbuai oleh kata arsitektur dimana katanya ini merupakan jurusan yang baru berbeda dengan desain interior.
Mungkin seharusnya saya melihat warning signnya, karena saya kini merasa tidak sepintar yang saya kira ketika mengerjakan simak, karena ini jurusan baru tentu passing gradenya lebi rendah daripada yang lain. Selain itu diantara 85 orang yang diterima dijurusan ini hanya 55 yang mendaftar ulang. Namun saya tetap teguh dengan jurusan ini, karena saya sangat menyukai seni dan memang ini menjadi modal yang berat bagi dunia kerja nanti.
Namun seperti sudah merupakan takdir Yang Maha Esa, kejadian-kejadian aneh langka bin ajaib, seakan merubungi saya dan angkatan saya kearah yang....*sigh... sangat sangat merugikan. Pertama-tapa masalah angkatan kami (yang dimana jurusan kami digabung orientasinya dengan arsitektur). Angkatan kami merupakan “TUMBAL” perperangan antara birokrasi mahasiswa dan dosen. Fakultas teknik memang terkenal akan “orientasinya” yang dikenal ketat, disiplin dsb. Karena korban dari kampus lain terus berjatuhan tahun ini, angkatan kami saling digebet oleh biro mahasiswa dan dekanat. Kami terpaksa diam-diam melakukan orientasi sendiri yang hampir memakan korban berberapa siswa karena dekanat tetap memegang kontrol. Akibatnya angkatan kami diarsitektur terpecah-pecah. Departemen lain cukup bisa memantain, namun karena angakatan kami...yah lebih free spirited, ibaratnya seniman diteknik, jadilah terbentuk kelompok-kelompok an gang-gang tertentu. Karena ada gang, banyak yang ga kompak (termasuk saya hehehe) keluar dari induk dan menjalankan kegiatan sendiri. Lebih parah lagi kami terus mendapatkan tekanan dari senior dan hingga sekarang melengenda diantara adik-adik kelas kami.
Nah kembali pada jurusan ini, ketika awal-awal masa orientasi kami membombardir pertanyaan pada dosen mengenai jurusan kami. Kami tentu awalnya agak bingung karea namanya tentunya, bagaimana outputnya dalam dunia kerja. Dosen arsitektur tentunya kurang begitu memahami, karena mereka juga ragu, namun dosen pioneer jurusan ini, meng-ECOURAGE kita untuk bahwa jurusan ini bukan seperti jurusan desain interior lain (karena kebanyakan dibawah fakultas seni) namun ini memang benar-benar merupakan Arsitektur+interior. Maka dari itulah kami dinyatakan mendapatkan pendidikian umum layaknya arsitektur namun dikelanjutannya mengkhusus ke interior. Mungkin bayangan kami dn anda tentunya seperti jurusan psikologi atau hukum.
Saya dan teman-teman saya tentu sangat bersemangat dengan jurusan baru ini, namun sayangnya semangat kami tak lama langsung dijatuhkan. Pada tahun pertama karena kami berada dibawah fakultas teknik kami diwajibkan mengikuti mata kuliah teknik seperti kalkulus, aljabar linier dan fisika dasar. Kemungkinan hanya fisika dasar aja ya dipakai untuk interior....SALAH semua mata kuliah tersebut tidak berguna bagi kami. Kami mengerti kenapa harus diwajibkan mengikuti mata kuliah seperti bahasa inggris atau MPKT karena itu sangat berguna untuk kemampuan presentasi, menulis skripsi dan sosialisasi kita nanti. Namun ini pelajaran yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan jurusan kami, dan saat orang lain sibuk menghitung dan mengkalkulasi, kami harus belajar mengenai gradasi warna.
INI BUKAN SEPERTI LUAR NEGERI LHO, yang dimana tahun-tahun pertamanya masih umum bahkan belum melalui penjurusan sehingga pelajaran ini perlu. Mungkin jika kami diajarkan fisika bangunan kami akan mengerti arahannya. Namun kebanyakan ini sangat bertolak belakang dengan mata kuliah utama kami sehingga membuat kami muak. Akibatnya banyak orang (khususnya di jurusan kami yang jatuh Ipnya gara-gara pelajaran tersebut) karena kami sudah cukup sibuk dengan pelajaran utama kami, namun langsung ditolak dengan yang lain. Bayangkan jika anda mengambil jurusan teknik mesin dan anda disuruh membuat sketsa perspektif atau gradasi warna mau?
 Belum lagi, karena jurusan baru, dosennya sangat galak dan banyak menuntut membuat kami berhasil untuk jantungan setiap pagi. Banyak asdosnya memposisikan seperti klien, ibaratnya meniru gaya ibu-ibu kaya raya jahat hingga bermake up lengkap (serius lho) untuk menguji kami. Kami sebagai mahasiswa memang sudah terbiasa diposisikan serba salah. Dan kediktatoran gaya hitler sudah biasa kami alami, padahal kami yang membayar 7.5 juta untuk belajar disana. Alhasil 4 dari teman kami keluar pada tahun pertama.
Walaupun tidak setiap asdos galak, dan mereka sebenarnya cukup care untuk memfasilitasi kami, namun ada saja yang memiliki superioritas yang tinggi padahal mereka baru lulus S1. Sungguh menjijikan ketika melihat seolah-olah memiliki derajat lebih seakan-akan mereka tidak pernah menjadi mahasiswa.
Pada kenyataannya, banyak sekali teman-teman saya yang seperti saya. Merupakan buangan dari jurusan utama mereka. Banyak yang sudah mengeluh masalah jurusan ini, apalagi karena dosen pioneernya justru seakan membuat kami merasa“siapa yang akan bertahan”, dengan harapan tinggi yang hasilnya tidak mencapai setengahpun usahanya. Namun ada juga yang bertahan karena terpaksa, atau ada motif lain yang diinginkan pada bidang ini, disaat itu lah saya menjadi sangat ragu. Saya melihat banyak teman-teman saya yang tidak menggunakan kemampuannya sepenuhnya, dan ada juga yang sangat potensial namun dibidang lain. Dan semangat itu pun banyak yang memudar ketika, kami mengenal adanya pilih kasih. Banyak dosen yang menyegani  orang-orang tertentu sehingga mungkin bisa ditebak bagaimana dinamisnya kemudian.
Mulai tahun kedua, lebih banak lagi oran yang ingin melepaskan diri dari jurusan ini, hampir 20% diantaranya tes ulang untuk mencari universitas, namun gagal mencoba, sehingga masih bertahan disini. Akan tetapi tidak menghalangi berberapa orang juga yang mencoba keluar, ataupun memperlihatkan tanda-tanda jenuh.
Saya sendiri merasa sangat sangat jenuh, bukan hanya karena saya menyadari ini bukan bidang saya (walaupun nanti didunia kerja memiliki prospek yang sangat luas), karena saya juga merupakan anak daerah yang lebih susah mencari fasilitas daripada teman-teman saya dikota. Belum lagi karena dosen sering menganggap kami semua sudah berfasilitas, mereka sering menuntut banyak dari kami. Alhasil saya mulai tidak ambisius mengejar nilai, padahal saya orangnya sangat idealis dalam menghasilkan karya atau kerja apapun. Semangat saya dipudarkan oleh klise, sterotype dan selera dosen yang hanya ada pada “oknum-oknum” tertentu. Otomatis saya tidak mengharapkan banyak, padahal saya memiliki cita-cita yang tinggi untuk melanjutkan S2 dan S3 keluar negeri .
Kesalahan memang banyak terjadi pada sistem sekarang, dimana kuliah dipersingkat dan dipadatkan. Misalkan sebenarnya departemen arsitektur itu terdiri dari berbagai macam mata pelajaran khusus seperti fisika bangunan, pencahayaan dsb. Namun sekarang semua itu dipadatkan menjadi satu mata kuliah perancangan yang terdiri dari 10 lebih sks . otomatis jika nilai itu jelek ip turun langsung secara drastis. Karena kuliah s1 sekarang hanya sekadar mencari title/degree untuk bekerja. Sebenarnya hal tersebut masih kurang dari segi kemampuan maupun intelektual. Hasilnya banyak lulusan arsitektur yang bekerja di bank, maupun jurusan-jurusan lain yang hasilnya bekerja di bidang yang jauh sekali hubungannya dengan bidangnya. Oleh sebab itu sekarang S1 saja belum cukup untuk mendapatkan pendapatan yang lebih baik.  Untuk kuliah keluar negeri, banyak menuntut proyek atau tes, nah waktu yang klami miliki sangat kurang untuk belajar yang dasar-dasar saja apalagi untuk melakukan proyek.  
 Awalnya saya memang banyak mengeluh mengenai hal-hal yang telah disebutkan diatas pada orangtua maupun pada teman. Namun memang terkesan seperti anak-anak, dan semuanya menjawab “jalankan saja dulu”. Namun tidak akan masuk asumsi saya jika semuanya akan menjadi benang kusut yang meragukan. Mulai dari kurangnya materi-materi yang seharusnya menjadi mata kuliah kami tidak mendapatkan. Karena kebanyakan mata kuliah diperuntukkan untuk arsitektur, dan tidak ada hubungannya dengan kami sehingga kami kebanyakan mendapatkan workshop atau seminar singkat yang hampir tidak berasa. Dosen-dosen kami mulai kecewa (dosen arsitektur –pun sebenarnya saya rasa ada perasaan “neglect” terhadap kami dan jurusan) dan seolah terbungkus oleh pameran interior kami yang menghasilkan stand paling “minim” seindonesia. Belum lagi terdapat mata kuliah yang masih meraukan dan kurang terarah.
Saya mengerti kenapa angkatan baru-baru memang dijadikan kelinci percobaan , dan sebenarnya hal tersebut seharusnya mengasyikkan. Namun kami kurang dimengerti dan dipahami sehingga apa-apa kami dituntut yang LEBIH agar tidak mempermalukan jurusan yang baru ini. Apa yang tidak disadari metode dan pendekatannya kurang sesuai bagi kami (yang kebanyakan merupakan buangan dari pilihan utama kami), sehingga menimbulkan kepasrahan, kejenuhan bahkan kedengkian yang tinggi. Lebih-lebih lagi ketika TERNYATA KAMI TETAP MERUPAKAN DESAIN INTERIOR (BUKAN JURUSAN BARU) HANYA SAJA DIBAWAH DEPARTEMEN INTERIOR. YANG MENURUT SAYA CUKUP ANEH KARENA DISEMESTR TIGA KAMI DISURUH MEMBUAT RUANG INTERIOR & EXTERIOR SENIMAN KETIKA SEKOLAH LAIN DIHARUSKAN UNTUK MEMBUAT RUANG INTERIOR DARI SEBUAH CANGKANG EKSTERIOR YANG SUDAH JADI. NAMUN SEKARANG KAMI TIBA-TIBA DIBERI CANGKANG YANG SUDAH JADI, KAMI MALAH TIDAK MAMPU BERTINDAK DENGAN BATASANNYA
SEKARANG DOSEN BERTERIAK DESAIN!DESAIN!DESAINq
PADAHAL DULU
ARSITEKTUR!ARSITEKTUR!ARSITEKTUR!
WTF?!...jika perkiraan saya tidak salah, kemungkinan lebih banyak masalah dan kontradiksi yang akan muncul dikemudian waktu. Sejujurnya kini saya kurang menikmati masa-masa kuliah saya karena pertama tekanan mental yang banyak karena metode dosen yang KONVENSIONAL dan MERUSAK MENTAL . mungkin ditujukan untuk mencerminkan berberapa sifat klien, namun itu sebenarnya masih panjang, justru yang lebih penting adalah memacu kreativitas kami sejak dini. Dan itu masih kurang arahan, karena saya melihat jurusan interior diluarnegeri pada banyak merobek-robek majalah, melihat film, jalan jalan dan mencorat-coret, namun selama ini yang saya rasakan disemester 4 selain ketidak jelasan adalah TEGANGAN 1000000000000000000000000000000 MEGA VOLT!(OKE LEBAY....)

20 komentar:

  1. wkwkwkwk, mantaff bro ceritanya, jadi ingt jurusan kuliah ane sndri, ternyata ada jurusan lain juga yg mengalami "KULIAH ORDE DIKTATOR" (KOTOR) , absurd, dan terjebak dalam hutan sistem pendidikan...

    BalasHapus
  2. Waduh baru mau ambil jurusan ini. Ga jd deh. Tx ceritanya detail banget berikut teriakan2 hati wkwkwk

    BalasHapus
  3. Waduh baru mau ambil jurusan ini. Ga jd deh. Tx ceritanya detail banget berikut teriakan2 hati wkwkwk

    BalasHapus
  4. wah kampret kwkwk kaga jadi ambil jurusan ini dah kwkwkkww

    BalasHapus
  5. Wkwk.. padahal ceritanya mau ngambil ni jurusan.

    BalasHapus
  6. Wkwk.. padahal ceritanya mau ngambil ni jurusan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tpi ini cerita udh 5 thn lalu. Kira2 skrg msih bgitu gk ya? :/

      Hapus
    2. Tpi ini cerita udh 5 thn lalu. Kira2 skrg msih bgitu gk ya? :/

      Hapus
  7. Andaikan aku masuk jurusan ini, mungkin mimpi yg jadi kenyataan, excited bgt sama arsin wkwkw

    BalasHapus
  8. Mantap sudah mau mau share pengalamannya..
    Menurut gw selain faktor passion, faktor kenyamanan lingkungan sekitar emang perlu dipertimbangin sih
    Terutama bidang kajian sks yang bakal dipelajari di suatu prodi. Semangat camaba:)

    BalasHapus
  9. Kalau boleh tau...
    Sekarang kegiatan kakak apa??

    BalasHapus
  10. Itu kan tahun 2011 apakah sekarang masih tetap begitu? Mohon jawabannya nya ,, terimakasih:)

    BalasHapus
  11. Aku kuliah jurusan ini, tapi sekarang ga kayak gitu banget si menurutku dan kating keliatan enjoy, dosennya baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih bgt udah bikin tenang:')
      awalnya juga udah tau, ini kan artikel 2011, ga mungkin 2019 masih kyk gitu

      Hapus
    2. Hai kak, gimana kesan2nya jadi mahasiswa arsitektur interior?

      Hapus
  12. cerita perjuangan mahasiswa percobaan kelinci, tp seruu juga, bakalan kangen sama masa2 begitu hehe :v

    BalasHapus
  13. Saya ibu dari anak yg ambil jurusan ini. Semoga Adin lulus, diterima di UI tgl 20/08/2020 (pengumuman SBMPTN) dan bertahan dlm perjuangannya disini. Semoga dia ga baca artikel ini

    BalasHapus
  14. Mohon info dari mhsw yg masuk th 2018-2019, apakah juga mengalami pengalaman yg sama dgn sdr ini?

    BalasHapus
  15. Mohon info dari mhsw angktn 2018-2019, apakah mengalami pengalaman yg sama dgn saudara ini?

    BalasHapus